Hebat memang, seseorang yang mengaku dirinya sebagai sahabat ataupun teman semenjak SMA, tapi tidak membalas saat dikirimkan sms permohonan maaf dan ucapan selamat Idul Fitri. Aku tetap berupaya berpositive thinking, mungkin tidak kau terima sms itu, dan kucoba tanyakan apakah no mu ganti. Ternyata no mu pun masih sama. Entah apa yang terjadi, kuulangi mengucapkanny lewat social media, tapi tetap tak kau balas, kupikir kau sedang sibuk.. yaa, sibuk dengan teman-temanmu yang baru.
Ketika kau akhirnya tau teman mu ini akhirnya berhasil menyelesaikan sidang skripsinya pun, tidak ada sepatah kata pun yang terucap meski hanya ucapan selamat. Tak apa, aku pikir kau pun mungkin sedang sibuk mengurus persiapan wisuda mu bersama dengan teman-teman mu yang sekarang.
Ingatkah kau ketika kau membutuhkan bantuan, bertanya tentang suatu hal dan kujawab "coba kau googling dulu" karena ketika itu aku sedang bersiap berangkat kerja, dan ketika malam harinya setelah pulang kutanya kan lagi apakah kau sudah mendapatkan yang kau cari, hingga berakhir akan janjiku untuk membantumu untuk mengirimkan nya segera melalui email. Tapi karena keterbatasan waktuku pun, aku mengirimkanny 2 hari setelah itu. Ku bantu kau dengan niat tulus dan kukabari setelah aku mengirimkannya, tapi ketika kabar itu sudah kau terima pun, tidak ada satu balasan ataupun ucapan terimakasih yang terucap dari mu, teman. Entah apa yang terjadi padamu, mungkin bagimu pertolongan seperti itu adalah hal kecil remeh dan telatnya aku mengirimkan nya merupakan sebuah masalah untukmu.
Sungguh bukan ucapan terimakasih yang aku inginkan, aku hanya berharap respon mu, yang menyebut dirimu sebagai teman. Apakah respon seperti itu yang selalu kau berikan pada teman-temanmu itu? ku rasa tidak. Dengan berbagai hal itu, masih pantas kah aku memanggil mu teman atau bahkan sahabat? Engkau datang ketika membutuhkan pertolongan, menanyaiku sesuatu hanya sebatas basa basi, dan pergi begitu saja ketika sudah mendapatkannya. Yayaya, mungkin aku yang salah. Salah karena telah mengizinkan pikiran negatif seperti itu terlintas dalam pikiranku. Tapi sungguh masih tersisa tanya yang besar dalam benakku, masih pantaskah ku sebut kau dengan panggilan teman?
Taken from Google Image
No comments:
Post a Comment